Proses pembelajaran di sekolah tidak hanya sebatas teori di dalam kelas, tetapi juga mencakup praktik yang mendalam agar siswa mendapatkan pengalaman langsung terhadap materi yang dipelajari. Salah satu mata pelajaran yang menuntut pemahaman lebih dari sekadar teori adalah Geografi, terutama dalam aspek geospasial yang melibatkan pemetaan dan teknologi geospasial.

SMAN 1 Leces mengadakan ujian praktik Geografi bagi siswa kelas XII sebagai bagian dari Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ) tahun ajaran ini. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur pemahaman dan keterampilan siswa dalam membaca, menganalisis, serta menginterpretasikan data geospasial melalui berbagai teknik pemetaan.

Ujian praktik ini dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Februari 2025, dengan fokus pada materi Sistem Informasi Geografis (SIG), pemetaan, dan penggunaan citra satelit. Kegiatan ini dipandu oleh dua guru Geografi, yaitu Syafrilliya Kusuma, S.Pd., dan Anis Hidayati, S.Pd., yang membimbing siswa dalam proses analisis dan penyajian data geospasial.

Dalam ujian ini, siswa diberikan lembar kerja berupa peta dan citra satelit yang harus mereka analisis. Mereka diminta untuk menandai titik-titik penting, mengidentifikasi unsur-unsur topografi, serta membuat interpretasi terhadap perubahan lingkungan berdasarkan data yang tersedia.

Penggunaan teknologi SIG dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu aspek utama yang diujikan. Siswa harus mampu menjelaskan bagaimana teknologi ini berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti mitigasi bencana, perencanaan wilayah, hingga pengelolaan sumber daya alam.

Menurut Syafrilliya Kusuma, S.Pd., siswa-siswa kelas XII menunjukkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep geospasial yang telah diajarkan. “Siswa sudah mampu menerapkan teknik dasar pemetaan dan interpretasi citra satelit dengan cukup baik. Ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami konsep teknologi geospasial,” ujarnya.

Anis Hidayati, S.Pd., menambahkan bahwa ujian praktik ini tidak hanya mengasah keterampilan akademik, tetapi juga melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. “Geografi bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang bagaimana siswa mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenalkan siswa pada profesi yang berkaitan dengan teknologi geospasial. Dengan berkembangnya kebutuhan akan tenaga ahli di bidang pemetaan dan SIG, diharapkan siswa dapat mempertimbangkan peluang karir di bidang ini.

Dalam praktiknya, beberapa siswa menunjukkan kreativitas dalam menyajikan data mereka. Ada yang membuat sketsa peta dengan detail yang cukup baik, sementara yang lain mencoba menggabungkan berbagai sumber data untuk mendapatkan analisis yang lebih komprehensif.

Selain mengukur kemampuan individu, ujian ini juga mendorong kerja sama antar siswa. Mereka saling berdiskusi dan bertukar ide untuk memastikan interpretasi yang mereka buat sesuai dengan prinsip-prinsip geospasial.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari siswa, yang merasa bahwa pengalaman belajar dengan pendekatan praktik lebih efektif dibandingkan hanya membaca teori dari buku. “Dengan praktik langsung seperti ini, saya lebih mudah memahami bagaimana SIG digunakan dalam dunia nyata,” ujar salah satu siswa kelas XII.

Melalui ujian praktik ini, para siswa tidak hanya diuji dalam aspek akademik, tetapi juga dalam kemampuan berpikir analitis dan pemecahan masalah. Mereka harus mampu menarik kesimpulan berdasarkan data yang tersedia dan mengaitkannya dengan fenomena geospasial yang terjadi di sekitar mereka.

Para guru berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan di tahun-tahun mendatang agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya dan aplikatif. “Harapan kami, pembelajaran geografi bisa semakin menarik dengan metode yang inovatif seperti ini,” kata Syafrilliya Kusuma, S.Pd.

Selain itu, ujian praktik ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran lingkungan bagi para siswa. Dengan memahami pola dan perubahan geospasial, mereka dapat lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan dan bagaimana cara mengatasinya.

Dari segi evaluasi, hasil ujian ini akan menjadi salah satu faktor penentu kelulusan siswa dalam mata pelajaran Geografi. Guru akan menilai berdasarkan ketepatan analisis, kreativitas dalam menyajikan data, serta kemampuan siswa dalam menghubungkan teori dengan praktik.

Sebagai bagian dari evaluasi akhir, guru juga memberikan umpan balik kepada siswa agar mereka dapat meningkatkan pemahaman mereka lebih lanjut. “Kami tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses berpikir siswa dalam menyelesaikan tugas ini,” jelas Anis Hidayati, S.Pd.

Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa Geografi bukan sekadar hafalan, tetapi juga keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya praktik yang aplikatif, siswa diharapkan semakin tertarik dan memahami pentingnya ilmu geografi dalam berbagai aspek kehidupan.

Ujian praktik ini sekaligus menjadi bukti bahwa pembelajaran berbasis teknologi dan data geospasial memiliki relevansi tinggi di era modern ini. Dengan semakin majunya teknologi pemetaan, lulusan SMA yang memiliki pemahaman tentang geospasial akan memiliki nilai tambah di dunia kerja maupun pendidikan tinggi.

Melalui ujian praktik ini, SMAN 1 Leces tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mempersiapkan siswanya untuk menjadi individu yang mampu berpikir kritis dan memiliki wawasan luas terhadap lingkungan dan teknologi.

Ke depannya, sekolah berencana untuk mengembangkan lebih banyak proyek berbasis pemetaan dan SIG dalam kurikulum Geografi. Dengan demikian, siswa dapat terus mengasah kemampuan mereka dalam memahami dan menganalisis data geospasial.

Dengan adanya ujian praktik ini, diharapkan para siswa semakin menyadari pentingnya geografi dalam kehidupan mereka. Lebih dari sekadar mata pelajaran di sekolah, geografi adalah ilmu yang terus berkembang dan memiliki peran besar dalam pembangunan dan keberlanjutan lingkungan.